KW, Zeynita dan Jumaldi Penerima Anugerah Kebudayaan Sumbar 2025 Rabu, 01/10/2025 | 17:20
Penerima Anugrah Kebudayaan Sumbar 2025
Berkabarnews.com, Padang - Anugerah Kebudayaan Sumatera Barat Tahun 2025 akan diberikan kepada tiga nama, yakni Yusrizal KW, Jumaldi Alfi, dan Zeynita Gibbons. Penyerahan anugrah dilakukan malam ini, Rabu (2/20/2025) di Auditorium Gubernur Sumatera Barat.
"Ketiga sosok ini merupakan pelopor yang kiprahnya melintasi batas, dari ruang baca, literasi, kanvas seni, hingga diplomasi budaya," kata kurator Anugerah Kebudayaan 2025, Edy Utama.
Menurut Edy Utama, ketiganya dipilih karena sama-sama mewakili spirit literasi dalam arti luas, meski bidangnya berbeda. Yusrizal KW dengan gerakan literasinya, Jumaldi dengan bahasa rupa, dan Zeynita dengan diplomasi budaya.
"Literasi adalah jalan pemajuan kebudayaan,” kata Edy Utama dilansir sumbarsatu, Rabu (1/10/2025).
Tim kurator juga sepakat tahun ini meniadakan kategori lain dan hanya memakai satu kategori, Pelopor, sebagai simbol penegasan bahwa kebudayaan adalah soal keberanian menyalakan jalan baru keliterasian.
Anugerah Kebudayaan 2025 kata Edy, tidak hanya sekadar seremoni, tetapi juga penanda bahwa kebudayaan Sumatera Barat terus bertumbuh dengan wajah yang beragam. Dari pena yang menyalakan literasi, kanvas yang menembus batas, hingga diplomasi yang merangkul dunia.
"Semua berpulang pada satu kata, pelopor," kata Edy.
Anugerah Kebudayaan Sumatera Barat kata Edy, merupakan bentuk apresiasi pemerintah kepada individu, kelompok, maupun komunitas yang telah memberikan kontribusi nyata dalam menjaga, mengembangkan, dan memperbarui kebudayaan.
Sosok Penerima Anugrah
Yusrizal KW, sudah puluhan tahun konsisten melahirkan karya sastra, mengelola media, hingga membina komunitas literasi. Bagi KW, panggilan akrabnya, menulis bukan sekadar menorehkan kata di atas kertas, melainkan menyalakan cahaya di tengah masyarakat.
KW juga dikenal sebagai penggerak literasi di Sumatera Barat yang melibatkan anak-anak, remaja, hingga komunitas literaasi perkotaaan dan nagari-nagari di Sumatra Barat.
KW merupakan salah seorang perintis lahirnya Komunitas Baca Tanah Ombak Padang, dan Komunitas Bukit Ase. Kini ia membuka kembali ruang belajar Sanggar Pelangi yang sudah dimulai sejak awal tahun 2000-an.
Jumaldi Alfi yang lahir di Lintau sudah lama menembus pameran internasional. Baginya kanvas adalah ruang dialog antara identitas lokal dan modernitas global.
Jumaldi melalui karya-karyanya menunjukkan bahwa Minangkabau bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga sumber gagasan baru dalam seni rupa kontemporer.
Sementara Zeynita Gibbons, seorang jurnalis banyak berkarya di luar negeri. Tinggal di Inggris, ia tak pernah putus memperkenalkan Sumatera Barat dan Indonesia lewat program seni, kuliner, dan pertukaran budaya.
Diplomasi budaya baginya adalah jalan lembut untuk mempertemukan bangsa-bangsa. Orang bisa berbeda bahasa, tapi bisa saling mengerti lewat seni dan budaya.***